Kamis, 12 Maret 2009

Pemilu, ku, mu, nya


Dulu, jaman-jaman Indonesia masih gaptek ( “jaman baheula” maksudnya) ada mars pemilu yang nyampe sekarangan masih cukup terngiang di telinga saya. Pemilu 2009 kayaknya juga ada marsnya, hanya saja gak pernah dengar, gak ada yang ngedengerin juga. Kembali ke jaman Indonesia masih gaptek, salah satu lirik pemilu dulu yang saya inget bunyinya gini “pemilihan umum telah memanggil kita/s’luruh rakyat menyambut gembira..”blablabla..dst.(ha2..). “s’luruh rakyat menyambut gembira”, sebuah kalimat yang mengisyaratkan adanya PESTA RAKYAT.

Membaca kompas kemarin atau kalo gak ya kemarinnya, ada wacana yang mempertanyakan sebenarnya “untuk siapa pemilu kali ini”. Pertanyaan yang menurut saya PAS sekali, ditengah apatisnya saya dan mungkin anda. Untuk kasus saya, caleg tidak ada yang kenal (jangan2 gara-gara autis kemaren!), tahunya cuma caleg luar daerah yang mempunyai strategi kampanye luar biasa efektif dengan masuk TV dan diulas banyak kalangan, yaitu caleg2 yang NYOLONG MOTOR, caleg-caleg yang jadi BANDAR NARKOBA, dan sejenisnya.

Setelah bosen melihat caleg, iseng-iseng melihat baliho-baliho partai, hmm…ada “partainya” Bu Anu, ada “partainya” Pak Anu, ada “partainya” Pak Fulan, ada “partainya” Bu Fulanah, dan perusahaan partai sejenisnya. malahan jangan-jangan sudah ada yang nyiapin pewaris.he2.. Yang paling membuat saya super jengah terhadap para partai dan para caleg adalah seringnya bawa-bawa foto beliau-beliau yang telah wafat, mungkinkah gak pede dengan kemampuan sendiri, hingga harus pinjam kekuatan dunia lain. Saya pernah ngobrol-ngobrol dengan teman masalah partai yang menjual “dunia lain” itu, ada yang jawab mungkin; visinya sama, atau semangatnya sama. Ada juga teman saya yang bilang, Hmm..bullshit,,

Gedung dewan, ada apa di sana? ada petugas kebersihan yang mengaku sering menyapu “sarung pisang” di kala pagi. Yah, khusnudzon aja, pak2 (jamak) dewan baru pada belajar jadi sales kondom, atau baru ada agenda rapat serius mengenai “keamanan” dan “kenyamanan” kondom. Pokokke khusnudzon aja. Ada berita korupsi? Udah bukan berita. Jadi no comment aja.

Dulu, pernah terjadi jaman dimana Indonesia masih gaptek, pernah terjadi jaman dimana saya dan orang-orang semangat nyanyi “pemilihan umum telah memanggil kita/s’luruh rakyat menyambut gembira”,,

*bukan bermaksud meng-compare kan dulu dan sekarang, tapi “posisi keberadaan('nya')”

Tidak ada komentar: