Tampilkan postingan dengan label buka-bukaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label buka-bukaan. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Januari 2008

gak nyangka bisa curhat!!

Beberapa bulan ini aku mulai merasa bahwa hidupku begitu membosankannya. Semua yang aku lakukan hampir keseluruhan berupa rutinitas belaka yang tentunya sangat menjemukan. Ditambah lagi teman cowok seangkatanku di kampus cuma 9 orang yang itu saja jarang bisa kumpul bareng buat hangout rame-reme. Parah lagi kosanku yang sepi. Pokoknya bikin semua tambah ngebosenin.

Hmm..pacar??yupz..ditambah lagi aku gak punya pacar!terus terang aja, sebenernya aku ngebet banget buat punya seorang pacar. Tapi entah kenapa hampir selama 2 tahun ini aku bisa membuang jauh-jauh keinginan itu dan hidup sebagai jomblowan sejati. Hal itu karena setelah putus secara menyakitkan dengan pacarku di awal semester 2 kelas satu SMA, aku mulai aktif di organisasi keagamaan di sekolahku. Walaupun bisa dikatakan sebagai wujud pelarian saja, tapi saat itu aku sangat menikmati kehidupanku.

Masih mengenai pacar, saat itu aku sering bertanya, apa alasanku untuk tidak pacaran??apa karena agama??tahu hukumnya??Aku tidak membantah, semuanya benar. Aku memang tahu hukum pacaran dalam agama. Tapi hanya sekedar tahu, yang mana hanya ada di kepalaku, belum sampai turun ke qolbu-ku. Dalam hatiku, setan masih membelengguku untuk tidak melupakan pernak-pernik hidup di dunia. Saat itu (SMA) aku hanya merasa amat sangat tidak etis sekali apabila melakukan sesuatu yang sangat sensitif di kalangan aktivis muslim, seperti pacaran. Apalagi keberadaanku di sana yang cukup menonjol. Hanya itu! Walaupun tidak se-idealis yang lain, aku memang cinta akan organisasiku itu dan aku tidak mau merusaknya. Sehingga ketika kenaikan kelas aku ditawari posisi penting, aku buru-buru menolaknya, karena di hati kecilku aku sangat merasa telah menjadi orang munafik. APA KATA DUNIA??begitu bunyi sebuah iklan layanan masarakat.

Kembali ke tahun 2008 ini, hanya beberapa bulan dari kelulusanku, aku sudah mulai terombang-ambing gak tahu mau kemana. Aku tidak lagi berada diantara orang-orang yang bisa menjagaku, yang membuatku risi untuk menduakan Tuhan. Sekarang aku sendiri, kesepian ditengah keramaian, dengan setan-setan yang mencoba menuntunku menuju “keramian”. Pernah temanku, cewek, si H, berkata “komunitas itu gak penting, yang penting itu kamu dan idealismemu” begitu dia bilang. Kata-katanya itu langsung mentah di otakku, apa aku punya idealisme??pandangan hidup?? Dosenku yang tergila-gila dengan Bung Karno secara eksplisit selalu menegaskan, ciri mahasiswa haruslah punya idealisme. Dan Pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan hidup dan ideologi bangsa, haruslah menjadi idealisme anda. Otoriter gak tuh??. Aaah..aku makin pusing dengan masalah idealisme ini!!!

Semua masalah ini hanya berawal dari rasa kesepianku, sehingga memunculkan lagi kata “pacaran” di kamus kehidupanku, dan ternyata aku tanggapi dengan cara berfikir filsafat (soalnya kemarin baru UAS filsafat, jadi masih terngiang-ngiang gitu!!) sehingga malah menghasilkan dilema (wuiiiiihh). Sampai aku memutuskan mengakhiri tulisan ini (semakin gak sambung je..), aku masih bingung, dan sampai sekarang pun aku masih berfikir apa aku ini benar-benar munafik! Dan pertanyaan “aku mau kemana??” jawabannya benar-benar masih merupakan misteri.

Nb. Tampangku gak jelek-jelek amat lho..he2..

Kamis, 13 Desember 2007

baru launching mas,mbak...

Begawan, kata serapan dari bahasa Sansekerta yang berarti suci. Orang pintar (mungkin seperti filsuf) yang sering dimintai pendapat dan biasanya ada di balik sosok raja. Di Indonesia mungkin yang pantas disebut begawan hanya Soeharto, bukan karena suci, tapi pikir saja sendiri. Saya bukan orang pintar, juga bukan orang suci seperti arti kata begawan. Saya hanya anak ingusan yang bermain-main dengan kata begawan,,yang pengen jadi begawan, si orang pinter nan suci itu. Walaupun mungkin, nanti isinya bakalan tidak karuan dan tidak ada ilmunya, yang pastinya akan membuat jelek kata begawan. Sebagai perkenalan, orang yang mengaku-aku begawan ini seperti ini...

Tidak suka asap rokok

Saya tidak membenci pabrik rokok, pun petani tembakau, karena mereka cari duit, yang saya benci itu asap rokok, termasuk mungkin perokok (yang bakar duit). Saya tidak peduli akan kesehatan para perokok, tapi saya peduli dengan kesehatan pribadi dan orang-orang senasib dengan saya. Yang saya minta cuma toleransi dari para smoker itu. Terserah mereka mau merokok sepuluh batang dalam 10 menit atau makan nikotin (kalau bisa!) asal ditempat dimana saya tidak ada. Seandainya ada rokok tanpa asap, saya tidak akan protes, silakan merokok sepuasnya di kamar saya.

Suka terlihat berantakan

Yang satu ini mungkin kebalikan dari masa kecil saya, dulu, pada zaman-zaman SD, saya tidak akan mau sekolah sebelum rambut saya sudah rapi sepenuhnya. Lain dulu lain sekarang, sekarang saya akan merasa nyaman, PD, dan merasa layaknya super star ketika rambut saya agak awul-awulan, dan ada yang menutupi bathuk. Juga ditambah dress code serba hitam yang menambah gelap kulit saya. Layaknya ibunda baik yang lain, ibunda sang begawan ini sering protes juga, apalagi kalau beliau pengen ngajak saya kondangan.

Tentang cewek pakai rok

Bukanya pikiran kotor atau apa, tapi saya memang suka melihat perempuan yang memakai rok, entah panjang atau pendek, tapi bukan mini Perempuan yang pakai rok itu selalu mengingatkan saya akan tipe feminim impian saya, yang makin hari makin susah dijumpai (begawan kok mikirin cewek!), dan pokoknya terlihat cewek buanget, perempuan banget, yang pantas saya empu-kan. Mungkin kapan-kapan akan ada gerakan rokinisasi, hasil buah pikir dari sang begawan.

Yang lain seperti hobi atau apalah sesuatu yang gak penting lainnya tidak bakalan saya ungkap, toh namanya juga gak penting.